KLPO News – Halo! Perkenalkan namaku Tina. Kali ini, aku akan menceritakan perjalanan masa kecilku yang tidak akan pernah aku lupakan dan akan selalu ku kenang.
Pada saat aku duduk dibangku Taman Kanak – kanak (TK), usiaku saat itu masih 5 tahun. Aku sangat senang belajar dan mempunyai teman yang banyak.
Selain itu, di sekolahku ada taman bermain dan bunga – bunga yang indah karena aku sangat menyukai bunga. Ditempatku tidak sulit menemui bunga yang beraneka ragam bahkan tumbuh di setiap jalan, benar-benar sangat asri kan.
Sekarang saya sudah beranjak untuk mempunyai dunia sendiri. Begitu pun teman seangkatan saya didesa. Beda saat masih SD, saya dan teman – teman tidak ada kata malu atau lelah hampir setiap hari.
Menjelajahi sampai dipelosok desa hanya untuk bermain. Itu adalah hal yang sangat menyenangkan dan tak terlupakan. Terutama saat melihat sungai disiang hari. Saya dan teman – teman tanpa ragu untuk meloncat kedalamnya.
Aku belajar disalah satu sekolah negeri dengan bagunan sederhana dengan fasiliatas yang kurang memadai. Jauh berbeda di bandingkan dengan sekolah kota.
Namun, aku sangat senang bisa bersekolah disini. Banyak teman yang baru aku kenal. Setelah lulus dari sekolah dasar, aku melanjutkan disalah satu SMP negeri yang lataknya cukup dekat dengan rumahku.
Beranjak dewasa aku memutuskan untuk bersekolah dipusat kota. Jarak rumahku dengan sekolah cukup jauh dan membuatku harus berangkat sekolah lebih awal, agar tidak terlambat masuk sekolah. Sekarang saya sudah lulus dari salah satu SMK swasta Di Kota Blitar.
Pagi itu tepatnya di hari minggu, aku jalan – jalan dilingkungan desaku. Terdengar suara ayam yang berkokok menandakan bahwa hari sudah pagi. Suasana yang masih sepi sayup – sayup.
Lantunan suara jangkrik masih terdengar dimana – mana. Terlihat ibu – ibu yang sedang menyapu dedaunan dihalaman rumahnya dan orang – orang yang mulai melakukan aktivitas pagi hari.
Aku adalah anak kedua perempuan dari sebuah kelurga yang sederhana. Tinggal disebuah desa kecil dengan keluarga yang hidup sederhana. Bapakku berkerja sebagai pedagang sementra, ibuku tidak bekerja. Ibu lebih fokus mengurus dan merawatku.
Disebelah kiri dan kanan rumah, terdapat orang – orang yang sedang memanfaatkan lahan untuk beternak. Sapi, kambing, ayam dan bebek berjejer rapi.
Anak – anak kecil dengan riangnya bermain dan menghabiskan waktu sore selepas pulang dari sekolah. Ada yang bermain layangan, bermain lompat tali, bermain kejar – kejaran, petak kumpet dan bermain benteng – bentengan.
Sementara pemuda desa sedang bermain bulutangkis, sepak bola. Permainan bulutangkis dimainkan degan sangat sederhana dengan tali raffia yang dibentangkan untuk menjadi net.
Sebagai anak desa, rutinitas permainan seperti ini menjadi cukup menarik. Inilah saat – saat terindah bagiku untuk bisa merasakan kebebasan bersenang – senang. Tak ada rasa jenuh apalagi stress.
Dari sekian banyak permainan seru khas anak desa, bermain layangan menjadi daya tarik tersendiri bagiku. Bisa meraut bambu dan menimbangnya dengan benang. Kemudian menempelkan plastik tipis bekas kresek krupuk atau bungkus tembakau.
Itu adalah beberapa kegiatan pendahuluan sebelum akhirnya mencoba menerbangkan layangan. Ya! layanganku terbang mengikuti arah angin. Ini adalah kebanggaan terbesar anak desa bisa menerbangkan layangan hasil kreasi sendiri.
Desaku lumayan jauh dari kota yaitu, sekitar 30 – 60 menit. Perjalanan yang harus ditempuh saat ingin pergi ke kota. Perjalanan didesaku cukup sulit banyak jalan yang berlubang dan berdebu.
Desa kecil yang terletak dibawah kaki gunung dengan suasana yang cukup sejuk. Kita biasa meihat banyak orang yang berlalu – lalang untuk berangkat ke ladang. Mereka saling bertegur sapa dengan yang lain. Didesa inilah saya tumbuh dan belajar banyak hal.
Desaku tercinta, desa yang sangat terkenal dengan hasil panen duriannya. Pada saat musim durian tiba, desa kami mengadakan acara tahunan yang disebut festival durian. Ada banyak olahan yang terbuat dari bahan dasar durian.
Tak hanya durian saja yang terkenal di desa ku. Aada banyak warga di desaku yang bekerja sebagai pembuat gula merah. Gula merah yang terbuat dari tebu atau pun dari legen kelapa. Di desaku juga banyak orang yang menjadi peternak ayam. Bahkan pada saat pandemi covid 19 banyak peternak ayam.
Bahkan hambir bangkrut karena harga telur ayam yang semakian turun. Ditambah lagi harga pakan ayam yang melambung tinggi seperti harga jagung yang mahal.
Desaku juga memiliki wisata alam yang cukup terkenal. Seperti bukit teletubies namanya. Wisata alam yang terletak didaerah dataran tinggi, tepatnya didaerah gardu pandang gunung kelud. Disini kita bisa melihat pemandangan yang indah.
Tak hanya disuguhkan dengan pemandangan yang indah saja, disini kita juga bisa perfoto. Kita juga bisa menaiki kuda dan disana banyak warga didaerahku yang berjualan. Di kawasan wisata bukit teletubies megembangkan wisata ini bertujuan untuk mendukung bisnis warga lokal dan untuk megembangkan bisnis UMKM didaerah kami.
Desaku juga terdapat banyak tambang pasir. Jalanan aspal mulai berlubang, pembatas jalan yang terlihat rusak karena dihantam kendaraan rem blong menjadi pemandangan biasa saat melewati jalan. Suasana dikaki gunung yang ramai dengan suara burung perlahan hilang.
Hanya suara klakson dan knalpot kendaraan. Ada banyak truk muatan pasir yang berlalu lalang. Karena banyak truk pasir yang setiap hari melewati jalan ini, menyebabkan jalan di desaku rusak parah. Meski begitu, jalan yang rusak parah tak kunjung diperbaiki.
Jalan yang berdebu, polusi udara yang kian meningkat, kami tak dapat melihat jalan yang berlubang. Akibatnya, ada banyak orang yang mengalami kecelakan didaerah ini. Mulai dari tergelincir batu karena jalan yang tertutup air.
Jika hujan, sudah banyak cara yang dilakukan pemerintah desa setempat agar jalan segera di perbaiki. Jalan didaerahku makin terasa panas jika siang hari karena pepohonan yang rindang sudah di tebang dengan tujuan agar tidak membahayakan orang yang melintasi jalan tersebut.
Karena usia pohon yang sudah cukup tua dan untuk kabaikan Bersama maka pohon-pohon di tebang. Kini pemerintah desa setempat berupaya untuk memperbaiki infrastruktur desa ku satu per satu saling menata lingkungan masing-masing.
Mereka berbondong – bondong ingin menjadi lingkungan yang terbaik, semua masyarakat saling bergotong – royong untuk menata desaku yang baru.
Gotong royong untuk membuat jalan setapak menuju pegununggan agar mempermudah masyarakat untuk turun kebawah. Banyak warga yang mencari rumput untuk hewan ternak mereka. Tak sedikit orang yang jatuh saat membawa pakan ternak mereka dikarenakan medan jalan yang cukup terjal dan licin.
Tak hanya cerita masa kecilku yang ku lewati di desa ini. Ada banyak cerita seperti setiap malam satu sura didesaku melakukan kegiatan seperti bersih desa. Dilanjutkan dengan karnaval desa yang diikuti seluruh masyarakat desa.
Ada banyak rangkaian kegiatan tahunan yang dilakukan di desaku, desa kecil yang penuh history. Dulu desaku adalah desa kecil yang kebanyakan masyarakatnya bekerja sebagi petani. Jalan raya yang masih terbuat dari tanah tak banyak truk atau pun motor yang berlalu lalang.
Pemikiran masyarakat yang masih sedikit kuno, dimana setiap anak perempuan yang sudah berumur harus segera dinikahkan. Pedidikan tinggi hanya boleh untuk anak laki – laki saja. Itu adalah pemikiran warga desa ku dulu.
Kini, warga desaku sudah merubah cara pandang dan cara berpikir meraka dengan seiringnya waktu. Mereka mulai menyadari betapa pentingnya pendidikan untuk generasi saat ini.
Kini, desaku sudah banyak menggalami perubahan ada banyak bangunan – bangunan baru yang dibangun di desaku. Mulai dari swalayan, mini market, gedung pertemuan, infrastruktur yang mulai diperbaiki, penataan ulang lingkungan, merawat lingkungan dengan cara gotong – royong.
Membersihkan lingkungan, melakukan perkumpulan para pemuda di daerah kami. Kita saling bertukar pendapat, saling bercerita dan saling berusaha untuk memajukan desa kami.